1.1 Benar
obat
1. Mengecek program terapi pengobatan dari
dokter
2. Menanyakan ada tidaknya alergi obat
3. Menanyakan keluhan pasien sebelum dan
setelah memberikan obat
4. Mengecek label obat 3 kali (saat melihat
kemasan, sebelum menuangkan, dan setelah menuangkan obat) sebelum memberikan
obat
5. Mengetahui interaksi obat
6. Mengetahui efek samping obat
7. Hanya memberikan obat yang disiapkan
sendiri
1.2 Benar
dosis
1.
Mengecek
program terapi pengobatan dari dokter
2.
Mengecek
hasil hitungan dosis dengan perawat lain (double
check)
3. Mencampur
/mengoplos obat sesuai petunjuk panda label /kemasan obat
4.1.3 1.3 Benar
waktu
1.
Mengecek
program terapi pengobatan dari dokter
2.
Mengecek
tanggal kadaluarsa obat
3. Memberikan
obat dalam rentang 30 menit sebelum sampai 30 menit setelah waktu yang
diprogramkan
1.4
Benar pasien
1.
Mengecek
program terapi pengobatan dari dokter
2.
Memanggil
nama pasien yang akan diberikan obat
3. Mengecek identitas pasien pada papan /kardeks di tempat
tidur pasien yang akan diberikan obat
1.5
Benar cara pemberian /rute
1.
Mengecek
program terapi pengobatan dari dokter
2.
Mengecek
cara pemberian pada label /kemasan obat
3. Pemberian sublingual: mengecek kemampuan menelan, menunggui pasien sampai
obatnya larut dalam mulut di bawah lidah.
4. Pemberian melalui sub
kutan : tidak memberikan obat 0,5
– 1 ml pada satu lokasi suntikan.
5. Pemberian melalui obat tetes dan kulit, diindikasikan
pada pasien yang mengalami gangguan pada daerah lokal (lapisan kulit paling
luar)
1.6
Benar dokumentasi
1.
Mengecek
program terapi pengobatan dari dokter
2. Mencatat nama
pasien, nama obat, dosis, cara dan waktu pemberian obat
3.
Mencantumkan
nama /inisial dan paraf
4.
Mencatat
keluhan pasien
5.
Mencatat
penolakan pasien
6. Mencatat jumlah cairan yang digunakan untuk melarutkan
obat (pada pasien yang memerlukan pembatasan cairan)
7.
Mencatat
segera setelah memberikan obat
Rabu, 12 Juni 2013
Pemberian obat secara sublingual,
sub kutan dan pada mata,
topikal
0
komentar
Pemberian obat secara sublingual
1.1 Pengertian
Pemberian obat
secara sublingual merupakan pemberian obat yang cara pemberiannya ditaruh di
bawah lidah. Tujuannya adalah agar efek yang ditimbulkan bisa lebih cepat
karena pembuluh darah di bawah lidah merupakan pusat dari sakit. Kelebihan dari
cara pemberian obat dengan sublingual adalah efek obat akan terasa lebih cepat
dan kerusakan obat pada saluran cerna dan metabolisme di dinding usus dan hati
dapat dihindari.
1.2 Mekanisme fisiologis
Pemberian obat secara
topikal pada mata memiliki tujuan yang lokal. Obat yang cara pemberiannya ditaruk
di bawah lidah tujuannya agar efek yang ditimbulkan lebih cepat karena pembuluh
darah dibawah lidah merupakan pusat dari sakit, efek obat akan terasa lebih
capat dan menghindari kerusakan saluran cerna pada metabolisme di dinding usus
dan hati.
Rabu, 12 Juni 2013
Pemberian obat secara sublingual,
sub kutan dan pada mata,
topikal
0
komentar
Pemberian obat pada mata
1.1 Pengertian
Pemberian obat pada
mata dilakukan dengan cara meneteskan obat mata atau mengoleskan salep mata.
Persiapan pemeriksaan struktur internal mata dilakukan dengan cara mendilatasi
pupil, untuk mengukur refraksi lensa dengan cara melemahkan otot lensa,
kemudian dapat juga digunakan untuk menghilangkan iritasi mata.
Obat mata biasanya
berbentuk cairan dan ointment/ obat salep mata yang dikemas dalam tabung kecil.
Karena sifat selaput lendir dan jaringan mata yang lunak dan responsif terhadap
obat, maka obat mata biasanya diramu dengan kekuatan yang rendah.
1.2 Mekanisme fisiologis
Pemberian obat pada
mata memiliki tujuan yang lokal. Pada saat obat di teteskan ke mata, obat akan
di absorbsi oleh pembuluh darah yang ada
di mata, dari pembuluh darah itu obat akan menuju ke organ sasaran untuk
menghasilkan efek seperti yang diinginkan.
Cara memberikan
obat pada mata dengan tetes mata atau salep mata obat tetes mata digunakan
untuk persiapan pemeriksaan struktur internal mata dengan cara mendilatasi
pupil, untuk pengukuran refraksi lensa dengan cara melemahkan otot lensa,
kemudian juga dapat digunakan untuk menghilangkan iritasi mata.
Rabu, 12 Juni 2013
Pemberian obat secara sublingual,
sub kutan dan pada mata,
topikal
0
komentar
Pemberian obat topikal pada kulit
1.1 Pengertian
Pemberian obat
topikal pada kulit merupakan cara pemberian obat pada kulit dengan mengoleskan
obat yang akan diberikan. Pemberian obat topikal pada kulit memiliki tujuan
yang lokal, seperti pada superficial epidermis. Pemberian obat topikal pada
kulit mempertahankan hidrasi atau cairan tubuh untuk mencapai homeostasis,
melindungi permukaan kulit, mengurangi iritasi kulit, menghilangkan gejala atau
mengatasi infeksi. Obat ini diberikan untuk mempercepat proses penyembuhan,
bila pemberian per-oral tidak dapat mencapai superficial epidermis yang sedikit
pembuluh darah kapiler. Efek sistemik tidak diharapkan pada pemberian obat
topikal pada kulit ini. Apabila terjadi kerusakan kulit setelah penggunaan obat
topikal pada kulit, maka kemungkinan besar efek sistemik akan terjadi.
Pemberian obat
topikal pada kulit berupa krim, salep, lotion, bubuk atau powder, spray
aerosol. Keuntungan dari pemberian obat secara topikal bertujuan untuk efek
lokal, mencegah first-pass effect serta meminimalkan efek samping sistemik. Untuk
efek sistemik, menyerupai cara pemberian obat melalui intravena. Dalam pemberian
obat secara topikal juga memiliki kerugian berupa secara kosmetik kurang
menarik, absorbsinya tidak menentu.
1.2 Mekanisme fisiologis
Pemberian obat
secara topikal pada kulit memiliki tujuan yang lokal dalam proses penyerapannya
obat topikal mengalami:
1. Lag phase, hanya di atas kulit, tidak masuk ke
dalam darah
2. Rising, dari stratum korneum diserap sampai ke
kapiler dermis darah
3. Falling, obat habis di stratum korneum. Jika terus
diserap kedalam, khasiatnya akan semakin berkurang. Kurangnya konsentrasi obat
yang sampai ke tempat sasaran bisa karena proses eksfoliasi (bagian atas kulit
mengelupas), terhapus atau juga karena tercuci.
Faktor-faktor yang
berperan dalam penyerapan obat pada kulit secara topikal, diantaranya adalah:
1. Keadaan stratum korneum yang berperan sebagai
sawar kulit untuk obat.
2. Oklusi, yaitu penutup kedap udara pada salep
berminyak yang dapat meningkatkan penetrasi dan mencegah terhapusnya obat
akibat gesekan, usapan serta pencucian. Namun dapat mempercepat efek samping,
infeksi, folikulitis dan miliaria jika penggunaannya bersama obat atau
kombinasinya tidak tepat.
3. Frekuensi aplikasi, seperti pada obat
kortikosteroid yang kebanyakan cukup diaplikasikan satu kali sehari, serta
beberapa emolien (krim protektif) yang akan meningkat penyerapannya setelah
pemakaian berulang, bukan karena lama kontaknya.
4. Kuantitas obat yang diaplikasi
Jumlah pemakaian obat topikal pada
kulit ini harus cukup, jika pemakaiannya berlebihan justru malah tidak berguna
bahkan dapat menyebabkan iritasi kulit. Jumlah yang akan dipakai, sesuai dengan
luas permukaan kulit yang terkena infeksi.
Rabu, 12 Juni 2013
Pemberian obat secara sublingual,
sub kutan dan pada mata,
topikal
0
komentar
Pemberian obat secara sub kutan
1.1. Pengertian
Pemberian obat sub kutan adalah pemberian obat melalui suntikan ke area bawah kulit yaitu pada jaringan konektif atau lemak di bawah dermis. Injeksi di bawah kulit dapat dilakukan hanya dengan obat yang tidak merangsang dan melarut baik dalam air atau minyak. Tujuan injeksi sub kutan, agar obat dapat menyebar dan diserap secara perlahan-lahan. Efeknya tidak secepat injeksi intramuscular atau intravena. Mudah dilakukan sendiri, misalnya insulin pada penyakit diabetes militus.
Tempat yang paling tepat untuk melakukan injeksi sub kutan meliputi area vascular disekitar bagian luar lengan atas, abdomen dari batas bawah kosta sampai krista iliaka, dan bagian anterior paha. Tempat yang paling sering direkomendasikan untuk injeksi heparin ialah abdomen. Tempat yang lain meliputi daerah scapula di punggung atas dan daerah ventral atas atau gluteus dorsal serta daerah scapula. Tempat yang dipilih ini harus bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolan tulang, dan otot atau saraf besar dibawahnya.
Obat yang diberikan melalui rute sub kutan hanya obat dosis kecil yang larut dalam air (0,5 sampai 1 ml). Jaringan sub kutan sensitif terhadap larutan yang mengiritasi dan obat dalam volume besar. Kumpulan obat dalam jaringan dapat menimbulkan abses steril yang tampak seperti gumpalan yang mengeras dan nyeri di bawah kulit.
Jenis obat yang lazim diberikan secara sub kutan adalah vaksin, obat-obatan preoperasi, narkotik, insulin, dan heparin.
1.2 Mekanisme fisiologis
Injeksi sub kutan atau pemberian obat melalui bawah kulit pada jaringan konektif atau lemak di bawah dermis, hanya boleh digunakan untuk obat yang tidak menyebabkan iritasi jaringan. Absorpsinya terjadi secara lambat dan konstan sehingga efeknya bertahan lama. Hal ini dapat terjadi karena obat pada injeksi sub kutan masih banyak melintasi banyak membran sel sebelum tiba dalam peredaran darah. Selanjutya akan didistribusi ke dalam cairan tubuh dan jaringan tubuh, kemudian terjadi proses metabolisme pada hati sehingga obat diinaktifkan oleh enzim-enzim hati yang berupa zat yang larut dalam air untuk di ekskresikan.
Rabu, 12 Juni 2013
0
komentar
Role play aplikasi komunikasi terapeutik pada pasien penyakit terminal

Nama-nama pemeran
Ahmad ilham wahyudi : Dokter
Dinda elmiyanti : Perawat senior
Fradila hidayah : Keluarga pasien (Ibu)
Indah sari : Keluarga pasien (Adek)
Moh. aminullah : Pasien
Nur fajri aprelia : Perawat junior
Rensi ekawati : Keluarga pasien (Tante I)
Sofiatul hasanah : Keluarga pasien (Tante II)
Setting 1
Di ruang keperawatan terdapat sebuah meja dan dua buah kursi dengan tumpukan buku di atas meja. Diruang tersebut terdapat seorang perawat senior berusia 45 tahun sedang menulis dibuku catatan keperawatan, kemudian seorang perawat praktek dengan name take yang berwarna merah datang dengan wajah lugunya sesaat keduanya bercakap-cakap.
Perawat junior : Assalamu’alaikum.... (Tersenyum kearah perawat senior)
Perawat senior : Wa’alaikumsalam. (Dengan suara ketus) Dek, kamu lagi ada tugas?
Perawat junior : Kebetulan tidak ada mbak.
Perawat senior : Kalau begitu sekarang kamu masuk ke ruang ICU, disana ada pasien yang harus diberi obat karena jadwalnya dia di injeksi obat.
Perawat junior : Iya mbak. (Sambil ngangguk)
Perawat senior : Bisa dek? (Ketus) Sekalian belajar (Mengangkat alis)
Perawat junior : Iya mbak. (Mengangguk)
Perawat senior : Kamu tahu, dimana mengambil peralatan?
Perawat junior : Iya mbak saya tahu.
Perawat senior : Kamu lihat dulu status pasien di ruang keperawatan.(Jari telunjuk menunjukkan disebuah lemari) Dan ingat jangan sampai keliru, paham kamu!
Perawat junior : Paham mbak.
Perawat senior : Berani dek.
Perawat junior : Iya mbak.
Perawat senior : Ya, sudah cepat sekarang!
Perawat junior : Ya, mbak permisi.
Perawat senior : Iya.
Dengan wajah mengkerut perawat junior pergi meninggalkan perawat seniornya dan mulai mempersiapkan peralatan, kemudian menuju ruang ICU.
Setting 2.
Diruangan ICU terdapat sederet tempat tidur dengan salah satunya berbaring pasien yang bernama amin dengan diagnosa medis gagar otak stadium IV. Terlihat Ibu Dila sesekali mengusap dadanya seperti berdo’a untuk kesembuhan anaknya dari luar ruangan sedangkan adek Indah terus memandangi kakak yang terbaring ditempat tidur.
Perawat junior : Selamat pagi bu, dek! (Tersenyum kearah ibu pasien)
Ibu + Adek : Selamat pagi, mbak! (Tersenyum kearah perawat)
Perawat junior : Begini saya disini ingin memberi obat kepada dek amin, tapi melalui injeksi sekalian mau dilakukan pemeriksaan.
Adek : Injeksi apa itu mbak? Terus obatnya rasa apa?
Ibu : Sudah-sudah jangan tanyak lagi, mbaknya mau memeriksa mas mu!
Perawat junior : Injeksi itu disuntik, dek. (Sambil tersenyum). Saya permisi bu, dek!
Ibu +Adek : Iya mbak, silahkan.
Kemudian masuklah perawat junior ke ruang ICU dengan peralatan yang dia bawa dengan bersikap ramah terhadap pasien. Sesekali pasien hanya mengeluarkan suara Heegg-Heeg berulang- ulang seperti mendengkur ketika dilakukan injeksi obat dan pemeriksaan tanda-tanda vital.
Perawat junior : Selamat pagi, dek amin!
Perawat junior : Saya suster fajri. Saya akan meberikan obat melalui injeksi, insaallah obat ini dapat membuat adek lebih baik.
Perawat junior : Permisi ya dek.!
Perawat junior : Alhamdulillah, sudah selesai.! Sekarang suster mau memeriksa adek.
Setelah dilakukannya pemeriksaan, perawat junior menjadi panik, karena alhasil kondisi pasien lambat laun semakin lemah. Secepat mungkin perawat junior menghubungi perawat senior di ruang keperawatan, berharap ada bantuan untuk pasien ini.
Perawat junior : Mbaaak...mbaak (Tergesa-gesa menuju ruang keperawatan)
Perawat senior : Ada apa?
Perawat junior : Mbak, pasien atas nama amin kondisinya semakin memburuk. Gimana ini mbak.?
Perawat senior : Yang bener kamu. Sudah saya hubungi dokter ilham.
Berselang tiga menit dari laporan perawat junior ke perawat senior dan dari perawat senior ke dokter ilham, ketiganya pun sudah berada di ruang ICU melakukan pertolongan, sekiranya pasien atas nama amien dapat diselamatkan.
Dokter : Tolong alat pemacu jantung dan peralatan lainnya disiapkan.
Perawat senior : Iya dok, sudah siap.
Dokter : Bismillahirrahmannirrahim. Kita coba sekali lagi.
Setelah dilakukan tindakan kepada pasien. Dokter hanya bisa menggelengkan kepala dan menyatakan pasien tidak dapat tertolong.
Dokter : (Menggelengkan kepala).
Perawat junior : Bagaimana dok?
Dokter : Innalillahi wa innalillahi rojhi’un. Pasien ini tidak dapat diselamatkan nyawanya.
Perawat junior : Terus bagaimana selanjutnya, dok?
Dokter : Segera kabari keluarga pasien, dan semoga keluarga yang ditinggalkan dapat tegar.
Perawat junior : Baik dok.
Perawat junior pergi keluar bersama perawat senior menemui keluarga pasien yang pada saat itu ibu pasien menangis khawatir putranya tidak dapat tertolong, dengan ditemani anaknya yang bernama indah.
Perawat j + s : (Keluar dari ruangan)
Ibu : Bagaimana sus keadaan anak saya? (Tersengah-sengah seraya sambil menangis)
Perawat senior : Maaf ibu, kami dan semua tim medis sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan anak ibu, tetapi tidak berhasil.
Anak dari keluarga pasien terkejut kemudian pingsan pada saat itu juga sang perawat junior merangkulnya. Pada saat bersamaan tante pasien yang bernama tante rensi dan tante sofi datang menjenguk. Keluarga mereka yang baru datang ikut bersedih akan kejadian ini, sesaat mereka berbagi duka dan dukungan.
Tante rensi : Astagfirullah dah.! (Terkejut)
Tante sofi : Kamu kenapa nak? (Sambil meneteskan air mata)
Perawat junior : Biar saya bawa dek indah, ke tempat duduk sebelah sana, bu?
Tante rensi : Mbak yu, apa yang terjadi?
Ibu : (Hanya mengerang mengeluh sakit ditinggal anak pertamanya)
Perawat senior : Begini ibu, kami dan tim medis sudah upayakan semaksimal mungkin. Akan tetapi yang maha kuasa sudah berkehendak lain. Sabar ya ibu.
Tante sofi : Ya allah, mbak yu yang besar.!
Tante rensi : Sabar mbak, yu!
Keluarga pasien menangis histeris, sesaat jenazah pasien diantarkan ke ruang mayat oleh perawat junior dan perawat senior.

1.1 Prosedur pemeriksaan fisik payudara dan ketiak.
1.2 Pengertian
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada daerah torakal yang terletak secara bilateral pada dinding anterior diantara spasium interkostalis kedua sampai keenam atau ketujuh yang mengandung jaringan glandula labulus, jaringan fibrosa stroma, dan jaringan adiposa dengan cara di inspeksi dan di palpasi.
1.3 Tujuan
1. Mengidentifikasi ciri-ciri normal payudara dan ketiak.
2. Mengidentifikasi riwayat kesehatan yang berkaitan dengan pengkajian payudara dan ketiak.
3. Mengidentifikasi persiapan yang diperlukan dalam pengkajian payudara dan ketiak
4. Menganalisis hasil pengkajian.
1.4 Pasien
Pemeriksaan fisik payudara dan ketiak dilakukan pada wanita yang beresiko atau telah menderita kanker payudara sebagai sarana tujuan untuk menentukan skrining kanker payudara.
1.5 Persiapan alat dan bahan
1. Air hangat
2. Bad
3. Baki
4. Bengkok
5. Cermin
6. Cucing
7. Kapas
8. Kursi
9. Sarung tangan
10. Selimut
1.6 Prosedur pelaksanaan
A. Inspeksi
1. Bantu pasien mengatur posisi duduk menghadap ke depan, telanjang dada dengan kedua lengan rileks di sisi tubuh.
2. Mulai inspeksi ukuran, bentuk, dan kesimetrisan payudara. Payudara normalnya melingkar, agak simetris, dan dapat dideskripsikan kecil, sedang, dan besar.
3. Inspeksi warna, lesi, vaskularisasi, dan edema pada kulit payudara.
4. Inspeksi warna areola.areola wanita hamil umumnya berwarna lebih gelap.
5. Inspeksi adanya penonjolan atau retraksi pada payudara dan puting susu akibat adanya skar atau lesi.
6. Inspeksi adanya rabas, ulkus, pergerakan, atau pembengkakan pada puting susu. Amati juga posisi kedua puting susu yang normalnya mempunyai arah yang sama.
7. Inspeksi ketiak dan klavikula untuk mengetahui adanya pembengkakan atau tanda kemerah-merahan.
B. Palpasi
1. Lakukan palpasi di sekeliling puting susu untuk mengetahui adanya rabas. Bila ditemukan rabas, identifikasi sumber, jumlah, warna, konsistensi rabas tersebut, dan kaji adanya nyeri tekan.
2. Palpasi daerah klavikula dan ketiak terutama pada area nodus limfe.
3. Lakukan palpasi setiap payudara dengan teknik bimanual terutama untuk payudara yang berukuran besar. Caranya yaitu tekankan telapak tangan anda / tiga jari tengah kepermukaan payudara pada kuadran samping atas. Lakukan palpasi dinding dada dengan gerakan memutar dari tepi menuju areola dan searah jarum jam.
4. Lakukan palpasi payudara sebelahnya.
5. Bila diperlukan, lakukan pula pengkajian dengan posisi pasien telentang dan diganjal bantal / selimut dibawah bahunya.
1.7 Prosedur pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)
Instruksikan klien untuk melakukan SADARI. Semua wanita yang berusia 20 tahun atau lebih harus melakukan pemeriksaan ini setiap bulan dengan langkah sebagai berikut:
1. Berdiri di depan cermin. Lihat pada kedua payudara adanya sesuatu yang tidak wajar, seperti rabas dari puting, kerutan, lesung, atau sisik pada kulit.
2. Untuk mencatat adanya perubahan bentuk pada payudara, lakukan tindakan berikut:
a. Lihat ke cermin sambil mengangkat lengan di atas kepala.
b. Bertolak pinggang dengan sedikit menunduk ke arah cermin sambil menarik bahu dan siku ke depan.
3. Di kamar mandi atau di depan cermin, palpasi setiap payudara. Angkat lengan kanan dan gunakan tiga atau empat jari tangn kiri untuk mengeksplorasi payudara dengan cermat. Kemudian mulai pada tepi luar, tekankan bagian jari yang datar dengan gerakan memutar, lakukan gerakan tersebut dengan perlahan mengelilingi payudara, lakukan secara bertahap sampai ke puting. Beri perhatian khusus pada area diantara payudara dan ketiak dan rasakan adanya benjolan atau massa yang tidak wajar. Ulangi proses tersebut pada payudara kiri.
4. Palpasi puting secara perlahan, cari adanya rabas. Jangan mencubit puting.
5. Ulangi langkah ketiga dan keempat sambil berbaring. Berbaring terlentang dengan lengan kanan di atas kepala dan bantal kecil di bawah bahu kanan. Ulangi proses tersebut pada payudara kiri.
6. Hubungi dokter bila anda menemukan adanya benjolan.
1.8 Refrensi
Muttaqin, Arif. Pengakjian Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinik. Jakarta: Selemba Medika, 2010.
Potter, Patricia A. Buku Ajar Fundamental Keperawatan; Konsep, Proses dan Praktik. Edisi 4. Jakarta: EGC, 2005.
Priharjo, Robert. Pengkajian Fisik Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: EGC, 2006.
Tambunan, Eviana S. Kasim, Deswani. Panduan Pemeriksaan Fisik bagi Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika, 2011.
Langganan:
Postingan (Atom)